Monday 19 December 2016

SEJARAH ALAT-ALAT HIDANG



SEJARAH ALAT-ALAT HIDANG
Dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan rumah atau di luar rumah (rumah orang lain atau restoran), apabila kita amati apa yang tertata diatas meja, kita jarang menyadari atau bahkan tidak menyadari bahwa setiap benda yang tertata diatas meja itu memiliki sejarah yang cukup panjang, sebelum pada akhirnya dapat tertata dengan apik dan rapih seperti yang kita amati pada saat itu.
Bagi mereka yang senantiasa berkecimpung dalam dunia restoran, ataupun bagi mereka yang selalu berhubungan dengan peralatan yang harus ditata di atas meja (seperti para kepala rumah tangga di rumah jabatan), penempatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan para tamu yang akan mempergunakannya pada saat menikmati hidangan, akan merasa sangat tertarik untuk mengetahui latar belakang dan sejarah dari pada peralatan itu sendiri. Karena setiap alat yang tertata ini sangat erat berhubungan dengan kegunaan dari peralatan itu sendiri, sehingga peralatan tersebut dapat dipergunakan pada saat ini. Pada bagian ini, sebelum kita membahas tata hidang lebih mendalam, terlebih dahulu akan kita bahas sejarah peralatan paling pokok yang ditata diatas meja yaitu : pisau, sendok, dan garpu.
1.                  Pisau
Sejarah Pisau sebenarnya merupakan ungkapan kegunaan dramatis dari keberadaan pisau itu sendiri, yaitu mempertahankan hidup. Manusia purba, penghuni dunia yang fana ini, dijamannya hanyalah memiliki dua tangan yang kokoh dengan jari jari yang akan menangkap dan mencengkeram apa yang diinginkannya serta gigi yang kuat untuk merobek apa yang akan disantapnya beserta kekuatan badaniah yang kuat. Namun, dibandingkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh binatang pada saat itu, manusia sangatlah jauh tertinggal dalam hal kekuatannya. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, tidaklah jarang mereka harus berhadapan dengan alam sekitarnya yang keras. Penggalian dan penyelidikan arkeologi, menemukan potongan potongan batu yang berbentuk kapak. Kapak-kapak ini, tentunya tidak saja dipergunakan sebagai senjata saja, akan tetapi sudahlah pasti akan dipergunakan sebagai pisau (E : knife; F: couteau) untuk menguliti dan membagi hasil tangkapan dan buruannya itu. Kemudian kapak-kapak ini diberi tangkai dari pokok dan batang pohon-pohon, yang kemudian dibentuk menjadi panah dan busur. Alat ini lebih aman dipergunakan, karena selain dapat menghindari bahaya, dapat pula digunakan untuk lebih memperkecil resiko pada saat mengadakan perburuan terhadap binatang buas.
Setelah pisau diciptakan oleh manusia purba yang berguna untuk mempermudah kehidupan manusia dalam bersantap, pola bentuknya kemudian bertahan untuk waktu yang cukup lama, sampai dibentuknya pisau yang kita kenal sekarang ini. Lebih tepatnya alat ini diciptakan oleh manusia, tidaklah diketahui dengan pasti.
2.                  Sendok
Setelah ditemukan pisau, kemudian dalam catatan penggalian, ditemukanlah wujud lain, yaitu : sendok .
Sudahlah dapat dipastikan bahwa fungsi telapak tangan adalah untuk menciduk air dan menyendokkan sesuatu sebelum ditemukannya peralatan khusus untuk minum dan menyendok yang mana kemungkina besar pada awalnya terbuat dari kayu sehingga alat itu dapat dinamakan sendok (E: spoon; F: la cuillere).
Di abad-abad kemudian dibuatlah selain sendok dari kayu; yang mana umumnya mempunyai aroma dan meninggalkan rasa yang kurang sedap apabila tercampur dengan zat cair, karena reaksi dari kayu itu sendiri, sendok sendok dari kaca, tanduk, timah, perak emas dan kini baja putih.


3.                  Garpu
Garpu (E: fork; F: la fourchette), dalam hal perbandingan umur dengan pisau dan sendok jauh berbeda. Pada abad ke XI, Putri Bysantin yang mengadakan kunjungan ke Vinesia di Italia memperkenalkan penggunaan garpu. Namun peralatan garpu ini belum ditata diatas meja untuk dipergunakan seperti yang kita kenal sekarang. Garpu untuk memanggang diberikan kepada para tamu yang sedang duduk dimeja andrawina untuk menahan daging yang akan dipotong, kemudian daging terpotong (E: cut, slice; F: tranchees) tersebut dimasukkan kedalam mulut dengan tangan.
Ada kemungkinan diantara para tamu mempergunakan garpu itu untuk memasukkan makanan kedalam mulut. Tentunya hal ini mungkin akan menjadi celaan dari mereka yang sedang berada dalam perjamuan itu. Suatu kebiasaan yang menurut tata cara bersantap pada waktu itu dianggap kurang sopan; sama halnya dengan apabila sekarang orang akan memasukkan makanan kedalam mulut dengan mempergunakan pisau.
Penataan garpu diatas meja untuk yang pertama kalinya diperkirakan terjadi diawal abad ke XII, dengan segala pertentangan diantara yang para budayawan pada masa itu. Bentuk garpu seperti sendok pada waktu itu diperkenalkan oleh seorang nakhoda kapal Inggris; Tho-mas Caryat, yang mudik dari perjalanan panjangnya kebelahan dunia bagian Timur; Hindustan. Beliaulah yang memperkenalkan peralatan makan kepada para bangsawan di Inggris. Dia beranggapan bahwa apa yang diperkenalkannya ini akan diterima dengan baik. Namun justru kebalikannya yang ia terima. Ia bahkan ditertawakan karena ada alat yang aneh yang dipergunakan untuk memasukkan makanan kedalam mulut mereka. Bahkan Clerus memperingatkan bahwa mempergunakan alat ini adalah dosa. Sebagai "manusia" adalah janggal dan dosa untuk memasukkan makanan kedalam mulut dengan mempergunakan alat. Makanan adalah sesuatu yang bersih dan suci. Apabila ada orang yang berangapan bahwa tangan sudah tidak pantas lagi untuk memasukkan makanan adalah sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan menghina Tuhan, karena pemberian dari Yang maha Kuasa itu tidak segera dinikmati dengan tangan saat itu.
Dalam abad ke XII ini, garpu masih jarang dipergunakan oleh masyarakat umum. Ini terlihat dari lukisan lukisan dari Abad Keemasan di Eropa, bahwa garpu masih jarang ditampilkan oleh pelukis diatas kanvasnya. Pada jaman Raja Matahari, para pangeran dan putri dari kalangan bangsawan pada masa itu, masih mempergunakan tangan mereka untuk bersantap. Namun demikianlah etika makan dimasa itu. Dalam salah satu karangan Erasmus (Salah seorang pengarang Belanda) menyatakan: "Mungkin sesuatu yang umum apabila orang mempergunakan "taplak meja" untuk membersihkan jari dan tangannya". Dikala itu juga tidak jarang, anjing berbulu panjang, berkeliling meja makan, bukan untuk memperlihatkan bulunya yang bagus akan tetapi bulu anjing tersebut dipergunakan sebagai "serbet", dan apabila tidak ada anjing yang berkeliaran maka dengan "mudahnya" para bangsawan itu akan mempergunakan dasi dan pelengkap busananya sebagai serbet.

No comments:

Post a Comment