SEJARAH ALAT-ALAT HIDANG
Dalam kehidupan sehari-hari,
di lingkungan rumah atau di luar rumah (rumah orang lain atau restoran),
apabila kita amati apa yang tertata diatas meja, kita jarang menyadari atau
bahkan tidak menyadari bahwa setiap benda yang tertata diatas meja itu memiliki
sejarah yang cukup panjang, sebelum pada akhirnya dapat tertata dengan apik dan
rapih seperti yang kita amati pada saat itu.
Bagi mereka yang senantiasa
berkecimpung dalam dunia restoran, ataupun bagi mereka yang selalu berhubungan
dengan peralatan yang harus ditata di atas meja (seperti para kepala rumah
tangga di rumah jabatan), penempatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan para
tamu yang akan mempergunakannya pada saat menikmati hidangan, akan merasa
sangat tertarik untuk mengetahui latar belakang dan sejarah dari pada peralatan
itu sendiri. Karena setiap alat yang tertata ini sangat erat berhubungan dengan
kegunaan dari peralatan itu sendiri, sehingga peralatan tersebut dapat
dipergunakan pada saat ini. Pada bagian ini,
sebelum kita membahas tata hidang lebih mendalam, terlebih dahulu akan kita
bahas sejarah peralatan paling pokok yang ditata diatas meja yaitu : pisau,
sendok, dan garpu.
1.
Pisau
Sejarah Pisau sebenarnya merupakan ungkapan kegunaan
dramatis dari keberadaan pisau itu sendiri, yaitu mempertahankan hidup. Manusia
purba, penghuni dunia yang fana ini, dijamannya hanyalah memiliki dua tangan
yang kokoh dengan jari jari yang akan menangkap dan mencengkeram apa yang
diinginkannya serta gigi yang kuat untuk merobek apa yang akan disantapnya
beserta kekuatan badaniah yang kuat. Namun, dibandingkan dengan kekuatan yang
dimiliki oleh binatang pada saat itu, manusia sangatlah jauh tertinggal dalam
hal kekuatannya. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, tidaklah jarang mereka
harus berhadapan dengan alam sekitarnya yang keras. Penggalian dan penyelidikan
arkeologi, menemukan potongan potongan batu yang berbentuk kapak. Kapak-kapak
ini, tentunya tidak saja dipergunakan sebagai senjata saja, akan tetapi
sudahlah pasti akan dipergunakan sebagai pisau (E : knife; F: couteau)
untuk menguliti dan membagi hasil tangkapan dan buruannya itu. Kemudian
kapak-kapak ini diberi tangkai dari pokok dan batang pohon-pohon, yang kemudian
dibentuk menjadi panah dan busur. Alat ini lebih aman dipergunakan, karena
selain dapat menghindari bahaya, dapat pula digunakan untuk lebih memperkecil
resiko pada saat mengadakan perburuan terhadap binatang buas.
Setelah pisau diciptakan oleh manusia purba yang berguna
untuk mempermudah kehidupan manusia dalam bersantap, pola bentuknya kemudian
bertahan untuk waktu yang cukup lama, sampai dibentuknya pisau yang kita kenal
sekarang ini. Lebih tepatnya alat ini diciptakan oleh manusia, tidaklah diketahui
dengan pasti.
2.
Sendok
Setelah ditemukan pisau, kemudian dalam catatan penggalian,
ditemukanlah wujud lain, yaitu : sendok .
Sudahlah dapat dipastikan bahwa fungsi telapak tangan
adalah untuk menciduk air dan menyendokkan sesuatu sebelum ditemukannya peralatan
khusus untuk minum dan menyendok yang mana kemungkina besar pada awalnya
terbuat dari kayu sehingga alat itu dapat dinamakan sendok (E: spoon; F:
la cuillere).
Di abad-abad kemudian dibuatlah selain sendok dari kayu;
yang mana umumnya mempunyai aroma dan meninggalkan rasa yang kurang sedap
apabila tercampur dengan zat cair, karena reaksi dari kayu itu sendiri, sendok
sendok dari kaca, tanduk, timah, perak emas dan kini baja putih.
3.
Garpu
Garpu (E: fork; F: la
fourchette), dalam hal perbandingan umur dengan pisau dan sendok jauh berbeda.
Pada abad ke XI, Putri Bysantin yang mengadakan kunjungan ke Vinesia di Italia
memperkenalkan penggunaan garpu. Namun peralatan garpu ini belum ditata diatas
meja untuk dipergunakan seperti yang kita kenal sekarang. Garpu untuk
memanggang diberikan kepada para tamu yang sedang duduk dimeja andrawina untuk
menahan daging yang akan dipotong, kemudian daging terpotong (E: cut, slice; F:
tranchees) tersebut dimasukkan kedalam mulut dengan tangan.
Ada kemungkinan diantara para tamu mempergunakan garpu itu
untuk memasukkan makanan kedalam mulut. Tentunya hal ini mungkin akan menjadi
celaan dari mereka yang sedang berada dalam perjamuan itu. Suatu kebiasaan yang
menurut tata cara bersantap pada waktu itu dianggap kurang sopan; sama halnya
dengan apabila sekarang orang akan memasukkan makanan kedalam mulut dengan
mempergunakan pisau.
Penataan garpu diatas meja untuk yang pertama kalinya
diperkirakan terjadi diawal abad ke XII, dengan segala pertentangan diantara
yang para budayawan pada masa itu. Bentuk garpu seperti sendok pada waktu itu
diperkenalkan oleh seorang nakhoda kapal Inggris; Tho-mas Caryat, yang mudik
dari perjalanan panjangnya kebelahan dunia bagian Timur; Hindustan. Beliaulah
yang memperkenalkan peralatan makan kepada para bangsawan di Inggris. Dia
beranggapan bahwa apa yang diperkenalkannya ini akan diterima dengan baik.
Namun justru kebalikannya yang ia terima. Ia bahkan ditertawakan karena ada
alat yang aneh yang dipergunakan untuk memasukkan makanan kedalam mulut mereka.
Bahkan Clerus memperingatkan bahwa mempergunakan alat ini adalah dosa. Sebagai
"manusia" adalah janggal dan dosa untuk memasukkan makanan kedalam
mulut dengan mempergunakan alat. Makanan adalah sesuatu yang bersih dan suci.
Apabila ada orang yang berangapan bahwa tangan sudah tidak pantas lagi untuk
memasukkan makanan adalah sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan menghina
Tuhan, karena pemberian dari Yang maha Kuasa itu tidak segera dinikmati dengan
tangan saat itu.
Dalam abad ke XII ini, garpu masih jarang dipergunakan oleh
masyarakat umum. Ini terlihat dari lukisan lukisan dari Abad Keemasan di Eropa,
bahwa garpu masih jarang ditampilkan oleh pelukis diatas kanvasnya. Pada jaman
Raja Matahari, para pangeran dan putri dari kalangan bangsawan pada masa itu,
masih mempergunakan tangan mereka untuk bersantap. Namun demikianlah etika
makan dimasa itu. Dalam salah satu karangan Erasmus (Salah seorang pengarang
Belanda) menyatakan: "Mungkin sesuatu yang umum apabila orang
mempergunakan "taplak meja" untuk membersihkan jari dan
tangannya". Dikala itu juga tidak jarang, anjing berbulu panjang,
berkeliling meja makan, bukan untuk memperlihatkan bulunya yang bagus akan
tetapi bulu anjing tersebut dipergunakan sebagai "serbet", dan apabila
tidak ada anjing yang berkeliaran maka dengan "mudahnya" para
bangsawan itu akan mempergunakan dasi dan pelengkap busananya sebagai serbet.
No comments:
Post a Comment